Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga ke 5,50%, Stabilkan Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global
Bantu LangsungKlik.id Berkembang! Donate Here
LangsungKlik.id, Nasional – Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%, dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional yang masih dibayangi risiko global dan perlambatan permintaan domestik.
Keputusan ini diumumkan usai Rapat Dewan Gubernur BI yang digelar dua hari berturut (11–12 Juni), dan merupakan langkah lanjutan dari siklus pelonggaran moneter yang sebelumnya sempat tertahan akibat tekanan eksternal seperti penguatan dolar AS dan ketidakpastian kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Langkah ini diambil seiring penurunan angka inflasi yang mulai terkendali dan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil di kisaran Rp16.500 per dolar AS. BI juga mengumumkan akan terus melakukan triple intervention melalui pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
“Penurunan suku bunga ini dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan data. Inflasi tetap dalam target dan kami siap melakukan intervensi jika rupiah kembali tertekan,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip dari Reuters.
Dorong Kredit dan Pertumbuhan Ekonomi
Pelonggaran suku bunga ini juga bertujuan mendorong penyaluran kredit perbankan yang hingga kuartal pertama 2025 masih tumbuh moderat di bawah target tahunan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 4,9% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal I-2025, lebih rendah dari ekspektasi pemerintah di kisaran 5,2–5,4%.
Bank sentral berharap pemangkasan bunga ini dapat menurunkan cost of fund perbankan, mempercepat penyaluran kredit ke sektor produktif, serta meningkatkan konsumsi rumah tangga yang menjadi motor utama perekonomian nasional.
Sektor properti, otomotif, dan UMKM diprediksi menjadi penerima manfaat utama dari penurunan bunga, terutama menjelang semester kedua yang historisnya lebih aktif secara ekonomi.
Stabilitas Rupiah dan Risiko Eksternal
Meskipun rupiah menunjukkan penguatan terbatas terhadap dolar AS, BI tetap waspada terhadap potensi gejolak eksternal seperti ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed dan dinamika geopolitik di Eropa dan Timur Tengah. BI menyebut kisaran aman rupiah berada di Rp16.500–Rp16.800 per USD, dan akan terus memantau pergerakan global untuk menjaga momentum stabilisasi.
Di pasar global, sebagian besar mata uang negara berkembang mengalami tekanan, namun penguatan rupiah dalam dua pekan terakhir menjadi indikator kepercayaan investor terhadap kebijakan fiskal dan moneter Indonesia yang dinilai konsisten.
Investor dan pelaku pasar diimbau untuk mencermati rilis data inflasi AS dan keputusan suku bunga The Fed yang dijadwalkan minggu depan. Langkah BI menurunkan suku bunga ini dipandang sebagai sinyal positif, namun tetap memerlukan dukungan dari sisi fiskal dan reformasi struktural untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
[LangsungKlik.id]