BMKG Tegaskan Cuaca Dingin Bukan Karena Aphelion, Ini Penjelasannya

Langsungklik.id .

LangsungKlik.id – Cuaca dingin yang dirasakan masyarakat belakangan ini bukan disebabkan oleh fenomena aphelion. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan, suhu rendah pada malam hingga pagi hari yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia merupakan kondisi wajar di musim kemarau dan lebih dipengaruhi oleh faktor atmosfer, bukan jarak Bumi dengan Matahari.

Fenomena aphelion sendiri adalah kondisi ketika Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbit tahunannya. Tahun ini, aphelion terjadi pada 5 Juli 2025, di mana jarak Bumi dengan Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer. Meski demikian, BMKG memastikan bahwa perbedaan jarak ini hanya sekitar 3% dari jarak terdekatnya (perihelion), sehingga dampaknya terhadap suhu permukaan Bumi sangat kecil.

Baca Juga :  Starlink Setop Terima Pengguna Baru di Indonesia, Picu Harapan dan Tantangan bagi Kompetisi Lokal

“Fenomena aphelion tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap suhu udara di Indonesia. Cuaca dingin yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh angin monsun timur yang membawa udara dingin dari Australia ke wilayah selatan Indonesia.”, kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya, Kamis (10/7/2025).

BMKG juga menjelaskan, kondisi langit cerah saat musim kemarau menyebabkan radiasi panas Bumi di malam hari cepat terlepas ke angkasa tanpa terhalang awan. Hal ini membuat suhu permukaan turun, terutama pada malam dan dini hari. Fenomena ini dikenal masyarakat Jawa dengan sebutan “bediding” atau “mbedhidhing” yang rutin terjadi setiap musim kemarau, biasanya pada Juli hingga September.

Baca Juga :  Fenomena Aphelion, Kenapa Udara Terasa Lebih Dingin?

BMKG memperkirakan suhu dingin di malam hingga pagi hari ini akan terus berlangsung hingga puncak musim kemarau pada Agustus mendatang. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan, memakai pakaian hangat saat beraktivitas di pagi hari, serta tidak mudah percaya pada informasi yang keliru terkait cuaca ekstrem yang dikaitkan dengan aphelion.

Fenomena ini merupakan bagian dari siklus tahunan yang normal dan bukan tanda adanya perubahan iklim ekstrem. BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk selalu memperbarui informasi cuaca dari kanal resmi BMKG agar terhindar dari hoaks. [LangsungKlik.id]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments