LangsungKlik.id – Fenomena alam bernama aphelion kembali ramai dibicarakan karena udara di sejumlah daerah Indonesia terasa lebih sejuk. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan aphelion? Mengapa peristiwa ini membuat suhu udara lebih dingin?
Aphelion adalah kondisi ketika posisi Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari dalam orbit tahunannya. Hal ini terjadi karena lintasan orbit Bumi berbentuk elips, bukan benar-benar bulat. Saat aphelion, jarak antara Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer, lebih jauh daripada saat perihelion, yakni posisi terdekat Bumi ke Matahari yang berjarak sekitar 147,1 juta kilometer. Tahun ini, fenomena aphelion terjadi pada awal Juli.
Akibat jarak yang lebih jauh, intensitas sinar Matahari yang sampai ke permukaan Bumi sedikit berkurang. Namun, pengaruhnya terhadap suhu secara global sebenarnya tidak terlalu besar, karena distribusi panas lebih banyak ditentukan oleh kemiringan sumbu Bumi. Meski begitu, banyak orang tetap merasakan udara lebih dingin, khususnya pada pagi dan malam hari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa suhu dingin di musim kemarau juga dipengaruhi oleh angin monsun timur yang membawa udara kering dan dingin dari Australia menuju wilayah Indonesia. Inilah sebabnya suhu minimum di daerah pegunungan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara kadang turun di bawah 20 derajat Celsius.
Aphelion merupakan bagian dari siklus tahunan Bumi yang alami dan tidak berbahaya. Peristiwa ini tidak menyebabkan cuaca ekstrem ataupun gangguan kesehatan yang serius. Masyarakat hanya perlu menjaga tubuh tetap hangat di musim kemarau yang memang cenderung lebih dingin.
Fenomena ini sekaligus menjadi pengingat betapa dinamisnya tata surya dan bagaimana pergerakan Bumi memengaruhi iklim. Meski jarak dengan Matahari lebih jauh, Bumi tetap berada pada zona layak huni berkat keseimbangan alam yang terjaga. Udara dingin saat aphelion pun hanya berlangsung sementara dan menjadi bagian dari siklus alam tahunan. [Langsungklik.id]