LangsungKlik.id – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan kinerja solid sepanjang kuartal II-2025 dengan mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 14,9 triliun, tumbuh 5,1% secara kuartalan (qoq) dan 6,2% secara tahunan (yoy). Kinerja positif ini didorong oleh pertumbuhan kredit dan dana murah (CASA) yang kuat. Namun, di tengah capaian tersebut, target harga saham BBCA justru dipangkas oleh Samuel Sekuritas Indonesia.
Dalam riset yang dirilis Kamis (7/8/2025), analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman mengungkapkan bahwa pemangkasan target harga dari Rp 11.500 menjadi Rp 10.000 per saham disebabkan oleh penyesuaian valuasi. Ini menyusul tren penurunan valuasi di sektor perbankan, dengan rata-rata price to book value (PBV) bank lain hanya sebesar 2,5 kali. Target harga BBCA yang baru mencerminkan PBV 2025 sebesar 4,2 kali.
BCA mencatatkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp 21,4 triliun, naik 6,9% yoy, didorong oleh ekspansi kredit yang tumbuh 12,9% yoy. Simpanan juga naik 5,7% yoy, dengan dana murah (CASA) naik 7,3% yoy, membuat net interest margin (NIM) tetap stabil di level 5,8%.
Namun demikian, terdapat sejumlah tekanan yang mempengaruhi outlook saham BBCA. Cost of credit (CoC) naik menjadi 0,5%, lebih tinggi dari panduan sebelumnya di 0,3%. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) juga naik menjadi 2,2% dibandingkan 2% pada kuartal I-2025. Meski begitu, kualitas aset masih terjaga dengan loan at risk (LAR) turun menjadi 5,7%.
Meskipun demikian, Samuel Sekuritas tetap memberikan rekomendasi “beli” untuk saham BBCA. Hal ini didukung oleh kualitas aset yang solid, rasio pengembalian ekuitas (ROE) tertinggi di industri sebesar 25,2%, serta posisi kuat BBCA sebagai pemimpin digital banking. Volume transaksi digital BBCA meningkat 78% dalam tiga tahun terakhir, dengan peluncuran fitur-fitur inovatif seperti dompet multi-mata uang dan pembayaran berbasis NFC.
BBCA juga menargetkan cost to income ratio (CIR) pada 2025 berada di kisaran 33–34%, sebagai bentuk efisiensi biaya yang berkelanjutan.
Penyesuaian target harga saham ini menjadi sinyal bagi investor untuk lebih mencermati kondisi makro dan sektor perbankan secara keseluruhan. Meski secara fundamental BBCA masih kuat, tekanan eksternal seperti kenaikan NPL dan potensi penyempitan margin tetap menjadi risiko utama yang harus diwaspadai. [LangsungKlik.id]