LangsungKlik.id – Setelah sempat melemah, rupiah akhirnya kembali menguat ke posisi Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa, 1 Juli 2025. Penguatan ini terjadi seiring meredanya tekanan eksternal dan mulai munculnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve. Apa yang menjadi pendorong penguatan ini? Bagaimana langkah Bank Indonesia dan apa dampaknya terhadap pelaku usaha?
Rupiah Bangkit, Pasar Valas Stabil
Rupiah berhasil mencatat penguatan setelah sebelumnya sempat terdepresiasi ke atas Rp15.080. Kini, rupiah diperdagangkan di rentang Rp15.000 hingga Rp15.020 per dolar AS, didorong oleh pelemahan indeks dolar global dan sinyal pelonggaran kebijakan moneter AS dalam waktu dekat.
Selain faktor eksternal, langkah strategis Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas pasar valuta asing turut memberi dukungan positif terhadap nilai tukar. Intervensi yang dilakukan secara ganda berhasil menahan volatilitas dan memberi kepercayaan bagi pelaku pasar.
BI Terus Pantau Gejolak Ekonomi Global
Pihak BI menyatakan komitmennya untuk terus menjaga stabilitas makroekonomi, termasuk nilai tukar rupiah. Melalui intervensi pasar serta pengelolaan cadangan devisa, BI berupaya menjaga agar rupiah tetap berada dalam kisaran yang sehat dan mendukung pemulihan ekonomi.
Masuknya kembali aliran dana asing ke pasar obligasi nasional turut menjadi katalis positif bagi penguatan nilai tukar. Investor mulai melirik surat utang Indonesia karena tawaran imbal hasilnya yang menarik di tengah ketidakpastian global.
Dampak Positif bagi Impor dan Harga Dalam Negeri
Penguatan nilai tukar memberikan keuntungan bagi sektor usaha yang bergantung pada bahan baku impor. Biaya impor menjadi lebih rendah, sehingga membantu mengurangi tekanan harga produksi dan inflasi.
Sementara itu, pelaku industri berharap tren penguatan ini dapat terus berlanjut agar kestabilan biaya produksi tetap terjaga, terutama di sektor manufaktur dan perdagangan.
Rupiah yang kembali menguat ke kisaran Rp15.000 per dolar AS menunjukkan adanya perbaikan kepercayaan pasar terhadap kondisi ekonomi nasional. Namun, stabilitas ini masih perlu dijaga secara konsisten di tengah ketidakpastian global. Langkah preventif dan responsif dari Bank Indonesia menjadi kunci agar momentum positif ini bisa berlanjut dalam jangka panjang. [LangsungKlik.id]