LangsungKlik.id – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap hampir seluruh mata uang utama Asia pada perdagangan, Sabtu (28/6/2025). Menyusul meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS. Dalam tren penguatan mata uang kawasan, rupiah tampil menonjol sebagai mata uang dengan penguatan tertinggi kedua di Asia.
Data perdagangan menunjukkan indeks dolar melemah tajam, menyusul rilis sejumlah indikator ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan. Tekanan datang dari inflasi yang mulai turun dan peningkatan angka pengangguran, yang memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada Agustus mendatang.
Mata uang Asia pun serentak menguat terhadap dolar. Won Korea Selatan memimpin penguatan dengan lonjakan lebih dari 1%, disusul rupiah yang terapresiasi sekitar 0,7% ke level Rp16.150 per dolar AS. Ini menjadi posisi terkuat rupiah dalam hampir tiga pekan terakhir.
Analis pasar dari PT Bank Mandiri mengatakan bahwa penguatan rupiah ditopang oleh masuknya dana asing ke pasar obligasi dan saham domestik. “Stabilitas politik dan potensi penurunan suku bunga AS membuat investor global kembali melirik aset di negara berkembang seperti Indonesia.”, ujarnya.
Penguatan juga tercatat pada baht Thailand, ringgit Malaysia, dan yuan Tiongkok. Hal ini mencerminkan tekanan terhadap dolar AS bersifat menyeluruh dan bukan hanya akibat faktor domestik satu negara.
Rupiah mencatatkan performa impresif di tengah pelemahan dolar AS secara global. Jika sentimen dovish The Fed berlanjut dan aliran modal asing tetap deras, nilai tukar rupiah berpeluang terus menguat dan mendekati level psikologis Rp16.000 per dolar AS dalam waktu dekat. [LangsungKlik.id]