LangsungKlik.id – Saham perbankan papan atas, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), mencatatkan penurunan harga pada perdagangan pekan ini. Pelemahan dua saham favorit investor tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal, mulai dari penguatan rupiah hingga sentimen global terhadap suku bunga.
BBCA dan BBRI yang selama ini menjadi andalan di sektor finansial melemah di tengah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah yang lebih kuat berpotensi menekan pendapatan berbasis valuta asing perbankan. Di sisi lain, kenaikan nilai tukar rupiah ini juga terjadi bersamaan dengan meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pengetatan kebijakan suku bunga The Federal Reserve, sehingga mengurangi minat investor pada aset berisiko di pasar domestik.
Selain itu, rotasi portofolio investor juga memengaruhi performa kedua saham tersebut. Sejumlah manajer investasi tercatat mulai mengalihkan dana dari sektor perbankan ke sektor defensif seperti barang konsumsi dan energi. Aksi ini biasanya dilakukan menjelang akhir kuartal sebagai bagian dari strategi rebalancing portofolio untuk mengurangi eksposur terhadap risiko volatilitas global.
Kekhawatiran terhadap kualitas aset, terutama pada segmen pembiayaan UMKM yang menjadi andalan BBRI, juga disebut menjadi salah satu faktor penekan. Meski rasio kredit bermasalah (NPL) kedua bank masih terkendali, pasar tetap mencermati dampak suku bunga tinggi terhadap kemampuan bayar debitur kecil dan menengah.
Namun demikian, analis pasar menilai fundamental BBCA dan BBRI tetap solid untuk jangka menengah hingga panjang. Keduanya diprediksi mampu menjaga kinerja melalui pengelolaan risiko yang baik dan dukungan ekonomi domestik yang relatif stabil.
Meskipun saat ini tekanan jual masih membayangi, investor disarankan untuk terus memantau kebijakan suku bunga Bank Indonesia dan tren pemulihan ekonomi global. Hal ini penting untuk menentukan prospek pemulihan harga saham di sektor perbankan dalam beberapa bulan ke depan.
Pergerakan BBCA dan BBRI masih akan sangat bergantung pada dinamika eksternal dan respons kebijakan moneter, sehingga pelaku pasar diimbau berhati-hati namun tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang sektor keuangan Indonesia. [LangsungKlik.id]