LangsungKlik.id – Fenomena langka tengah menyita perhatian di Raqqa, Suriah, ketika Sungai Eufrat mengalami penurunan debit air secara drastis akibat kekeringan panjang. Dasar sungai yang sebelumnya tertutup kini terlihat jelas, memunculkan kilauan yang dikira emas. Penampakan ini memicu gelombang “demam emas” di kalangan warga, meskipun hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kilauan tersebut sebenarnya adalah pirit. Peristiwa ini semakin ramai diperbincangkan karena dikaitkan dengan hadis Nabi Muhammad SAW tentang tanda-tanda kiamat.
Kabar adanya kilauan di dasar Sungai Eufrat menyebar cepat dari mulut ke mulut. Warga dari berbagai desa berbondong-bondong datang membawa sekop, ember, dan peralatan sederhana untuk menggali. Bantaran sungai yang biasanya sunyi berubah menjadi lokasi tambang dadakan tanpa izin resmi. Beberapa warga bahkan mendirikan tenda darurat sebagai tempat beristirahat di sela aktivitas pencarian “emas”.
Mengutip laporan Shafaq News (5/8/2025), mineral yang memantulkan warna keemasan tersebut adalah pirit, dikenal sebagai “emas bodoh” karena bentuk dan kilauannya mirip emas. Pirit memiliki manfaat industri, seperti bahan pembuatan asam sulfat dan komponen konduktor listrik, tetapi nilainya tidak sebanding dengan emas murni.
Meski fakta ilmiah sudah diungkap, sebagian warga tetap menghubungkan fenomena ini dengan hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim: “Hampir saja Sungai Eufrat menyingkapkan gunung emas. Maka siapa yang hadir saat itu, janganlah mengambil sedikit pun darinya.” Hadis tersebut sering disebut sebagai salah satu tanda besar menjelang kiamat.
Ulama Sunni, Asaad al-Hamdani, menegaskan keaslian hadis tersebut, tetapi mengingatkan agar masyarakat tidak gegabah menafsirkannya. Ia menekankan perlunya kajian mendalam dan pendekatan ilmiah sebelum menghubungkan fenomena alam dengan nubuat. “Tidak semua kejadian yang terlihat mirip dengan isi hadis berarti merupakan pertanda kiamat,” jelasnya kepada Shafaq News.
Sungai Eufrat yang melintasi Turki, Suriah, dan Irak, sejak ribuan tahun lalu menjadi sumber kehidupan utama wilayah Mesopotamia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, alirannya terus menyusut akibat perubahan iklim, pembangunan bendungan di hulu, serta kerusakan infrastruktur irigasi. Kekeringan kali ini disebut sebagai yang terparah dalam 35 tahun terakhir, berdampak pada pertanian, ketahanan pangan, dan memicu gelombang migrasi penduduk desa.
Di media sosial, topik ini menjadi perbincangan luas. Ada yang membagikan potongan hadis dan mengaitkannya dengan situasi saat ini, sementara sebagian lainnya menyoroti aspek ilmiah dan dampak krisis iklim. Bagi para warga yang tetap menggali, setiap sekop tanah yang terangkat menjadi simbol harapan di tengah kesulitan, baik demi perbaikan ekonomi, keyakinan spiritual, atau gabungan keduanya. Fenomena ini pun menjadi pertemuan unik antara sains, sejarah, dan keyakinan agama. (*)