Terobsesi Budaya Jepang dan Anime? Tapi Enggan Disebut Wibu

Langsungklik.id .

LangsungKlik.id – Budaya Jepang telah lama memikat hati banyak anak muda di Indonesia. Berbagai elemen seperti anime, manga, musik J-pop, hingga kuliner khas Negeri Sakura menjadi bagian dari keseharian para penggemarnya. Tak sedikit pula yang belajar bahasa Jepang, mengikuti event cosplay, bahkan mengenakan fesyen ala Harajuku. Namun, menariknya, banyak penggemar justru menolak ketika dijuluki wibu, sebuah istilah yang kini sering diasosiasikan dengan penggemar Jepang fanatik.

Sebutan wibu sendiri berasal dari istilah weeaboo, yang muncul pertama kali di forum-forum internet Barat sebagai sindiran bagi orang non-Jepang yang terlalu memuja budaya Jepang hingga melupakan jati diri mereka sendiri. Di Indonesia, istilah ini populer di kalangan remaja dengan makna yang cenderung negatif. Wibu kerap dianggap sebagai orang yang tidak realistis, fanatik berlebihan, bahkan sampai merendahkan budaya sendiri demi mengagungkan Jepang.

Baca Juga :  Macam-Macam Wibu dalam Menggemari Anime, Jangan-Jangan Kamu Termasuk Salah Satunya

Seorang mahasiswa di Jember, misalnya, mengaku sudah menggemari anime sejak duduk di bangku SMP. Hingga kini, ia aktif mengikuti komunitas pecinta anime dan budaya Jepang di kampusnya, belajar bahasa Jepang dasar, hingga menghadiri event cosplay yang digelar di kotanya. Namun, ia merasa tidak nyaman jika disebut wibu. “Saya suka Jepang karena budayanya menarik, ceritanya dalam, animenya menghibur. Tapi saya tetap punya batas, saya sadar bahwa Jepang juga punya sisi-sisi yang tidak seindah di anime.”, ujarnya saat berbincang dengan LangsungKlik.id.

Menurutnya, menyukai budaya Jepang tidak otomatis berarti harus fanatik atau menutup mata terhadap kekurangan. Ia juga mengaku masih mencintai budaya Indonesia dan tidak berniat untuk meniru semua gaya hidup Jepang secara membabi buta. “Saya belajar banyak hal positif dari Jepang, seperti kedisiplinan dan kerja keras, tapi tetap sadar diri sebagai orang Indonesia.”, tambahnya.

Baca Juga :  KTP Anda Dipakai Orang untuk Utang Pinjol? Ini Cara Cepat Memblokirnya

Psikolog budaya menyebut fenomena ini sebagai salah satu bentuk akulturasi budaya yang wajar dalam era globalisasi. Mengagumi budaya asing, termasuk Jepang, dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan baru, seperti belajar bahasa atau mengenal etos kerja yang baik. Namun, masalah muncul ketika pengagum budaya asing kehilangan perspektif dan identitas diri, sehingga tampak berlebihan hingga mengundang cibiran orang lain.

Mengikuti anime, belajar bahasa Jepang, hingga mencoba kuliner Jepang pada dasarnya sah-sah saja, selama dilakukan secara proporsional. Tidak ada salahnya terobsesi dengan budaya Jepang jika tetap mampu menjaga identitas diri dan menghormati budaya sendiri. Kuncinya adalah sikap realistis, tidak memandang Jepang sebagai negeri sempurna, dan tetap menjaga batas antara hobi dan kehidupan nyata.

Menyukai budaya Jepang bukanlah sebuah kesalahan. Justru bisa menjadi pengalaman positif jika dimanfaatkan untuk belajar dan memperkaya diri. Anda tetap bisa menikmati anime, mendalami bahasa Jepang, atau mengenakan fesyen ala Harajuku tanpa harus dicap sebagai wibu selama cara Anda mengekspresikannya sehat dan proporsional. Jadi, jangan ragu untuk menikmati budaya Jepang, tetapi jangan lupa tetap menjadi diri sendiri. [LangsungKlik.id]

Baca Juga :  Link Daftar Penerima BSU 2025 BPJS Ketenagakerjaan, Cek Status Bantuanmu Sekarang
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments