Ekspor RI ke AS Dapat Tarif 0 Persen, Menkeu: Industri Tekstil dan Furnitur Bisa Tumbuh Pesat

Langsungklik.id .

LangsungKlik.id – Pemerintah Indonesia menyambut pencapaian negosiasi dagang dengan Amerika Serikat yang berhasil menurunkan tarif ekspor sejumlah produk Indonesia menjadi 0 persen. Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (28/7/25), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut langkah ini akan menjadi angin segar bagi sektor industri padat karya.

“Penurunan tarif ekspor oleh Amerika Serikat, khususnya untuk produk tekstil, alas kaki, dan furnitur, akan memberikan dorongan signifikan terhadap ekspor nonmigas kita,” ujar Sri Mulyani.

Menurutnya, dengan biaya ekspor yang lebih ringan, produsen dalam negeri akan lebih kompetitif di pasar global. Hal ini berpotensi membuka lebih banyak lapangan kerja dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor-sektor yang selama ini menjadi tumpuan tenaga kerja.

“Industri padat karya akan mendapatkan manfaat langsung. Ini bisa meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas pasar ekspor mereka,” tambahnya.

Baca Juga :  Ikrar Wakaf Masjid Al-Huda Dusun Nongko Resmi Dilaksanakan, Dihadiri Tim BPN Pacitan

Harga Barang Impor dari AS Berpotensi Turun

Tak hanya berdampak pada ekspor, kesepakatan ini juga mencakup kebijakan impor nol tarif untuk produk Amerika Serikat ke Indonesia. Sejumlah produk strategis seperti minyak, gas, dan makanan diharapkan akan mengalami penurunan harga di pasar domestik.

“Dengan masuknya produk energi dan pangan dari AS tanpa beban tarif, kita bisa menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dan energi,” jelas Sri Mulyani.

Investasi dan Persepsi Positif Pasar

Sri Mulyani juga menegaskan bahwa kesepakatan dagang ini berkontribusi terhadap meningkatnya persepsi positif investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia. Hal ini tercermin dari penguatan nilai tukar rupiah dan arus masuk investasi portofolio.

Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp16.235 per dolar AS per akhir Juni 2025, menguat signifikan dari bulan April yang tercatat di angka Rp16.865 per dolar AS.

Baca Juga :  Sukorambi Jember, Sentra Bunga Mawar dan Sayur Mayur Unggulan

Manufaktur Masih Jadi PR

Meski ekspor menunjukkan tren positif, Sri Mulyani juga menyoroti kontraksi sektor manufaktur yang ditandai dengan turunnya PMI menjadi 46,9 pada Juni 2025. Pemerintah disebut akan terus mendorong perbaikan iklim usaha dan efisiensi produksi agar industri nasional dapat bangkit kembali.

“Kita tetap waspada dan fokus membenahi sektor manufaktur agar tidak tertinggal, karena itu adalah pondasi dari ekspor jangka panjang,” pungkasnya. [LangsungKlik.id]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments