LangsungKlik.id – Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali mencuat ke permukaan. Sengketa perbatasan lama yang belum terselesaikan kini berubah menjadi bentrokan bersenjata. Puluhan korban jiwa dilaporkan tewas, dan ribuan warga mengungsi akibat baku tembak yang terjadi sepanjang Juli 2025. Berikut kronologi lengkap konflik dua negara bertetangga ini.
Sengketa Candi Preah Vihear Jadi Pemicu
Konflik ini berakar dari sengketa wilayah di sekitar Candi Preah Vihear, sebuah situs warisan budaya dunia yang berada di perbatasan dua negara. Meski Mahkamah Internasional memutuskan pada 1962 bahwa candi tersebut milik Kamboja, Thailand tetap mengklaim area seluas 4,6 km² di sekitarnya sebagai wilayah kedaulatannya.
Situasi memanas sejak 2008, ketika Kamboja mengusulkan Preah Vihear sebagai warisan dunia UNESCO. Keputusan itu membuat pemerintah Thailand marah, karena dianggap mengabaikan klaim wilayah mereka.
Ketegangan Memuncak Sejak Mei 2025
Bentrokan terbaru bermula pada 28 Mei 2025, setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden di wilayah perbatasan. Thailand menuduh Kamboja menanam ranjau di sekitar zona sengketa, namun tuduhan ini dibantah oleh Kamboja. Hubungan diplomatik kedua negara pun langsung memburuk.
Kedua negara mulai menarik duta besar, menutup akses perbatasan, dan saling menuding di forum internasional. Ketegangan meningkat tajam memasuki bulan Juli.
Baku Tembak Meletus di Perbatasan
Pada 24 Juli 2025, konflik mencapai puncaknya. Pasukan militer kedua negara terlibat baku tembak intens di beberapa titik, termasuk Provinsi Trat (Thailand) dan Pursat (Kamboja). Ledakan artileri dan serangan udara dilaporkan terjadi di sepanjang perbatasan yang disengketakan.
Thailand mengonfirmasi 19 korban tewas dari pihaknya, sedangkan Kamboja menyebut 13 orang tewas, termasuk 8 warga sipil. Ribuan warga dari kedua negara terpaksa mengungsi demi keselamatan.
Upaya Gencatan Senjata dan Peran Internasional
Konflik bersenjata ini mendapat perhatian dunia. Mantan Presiden AS Donald Trump mengajukan diri sebagai mediator. Malaysia, selaku Ketua ASEAN, juga menyerukan gencatan senjata segera dan pembukaan jalur dialog.
Thailand lebih memilih penyelesaian bilateral, sementara Kamboja ingin membawa masalah ini kembali ke Mahkamah Internasional (ICJ). Hingga kini, belum ada kesepakatan damai yang berhasil dicapai.
Potensi Ancaman Stabilitas Kawasan
Konflik Thailand–Kamboja bukan hanya persoalan batas wilayah, tetapi juga simbol identitas nasional dan warisan sejarah kolonial yang belum tuntas. Jika tidak diselesaikan secara diplomatik, konflik ini bisa menjadi ancaman serius bagi stabilitas Asia Tenggara.
ASEAN dijadwalkan menggelar pertemuan darurat untuk membahas konflik ini. Sementara itu, situasi di perbatasan masih mencekam dan rawan bentrokan susulan. [LangsungKlik.id]