LangsungKlik.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (23/6/2025), mencatatkan penurunan signifikan seiring tekanan eksternal dan aksi jual investor asing. Indeks ditutup di level 6.810, turun 1,23% atau setara 84 poin, melanjutkan tren koreksi dalam beberapa hari terakhir.
Analis menyebut pelemahan IHSG dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global, termasuk memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah, potensi kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Rate), serta tekanan terhadap mata uang rupiah yang mendekati Rp16.300 per dolar AS.
“Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih karena melihat risiko global makin tinggi. Ditambah lagi data ekonomi domestik belum cukup kuat untuk menjadi katalis positif,” kata Edwin Sebayang, analis senior MNC Sekuritas.
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, nilai transaksi hari ini mencapai Rp11,2 triliun dengan net sell asing sebesar Rp650 miliar. Saham-saham berkapitalisasi besar (big cap) seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ASII menjadi penekan utama indeks.
Sektor yang paling terpukul adalah perbankan dan teknologi, sementara saham sektor energi cenderung bertahan akibat sentimen naiknya harga minyak dunia. Saham PTBA dan MEDC masih menguat tipis karena proyeksi kenaikan harga komoditas energi imbas konflik Iran-AS.
Penguatan dolar AS dan koreksi pasar global juga membuat investor domestik cenderung wait and see. Sentimen negatif juga datang dari kekhawatiran perlambatan ekonomi China, mitra dagang utama Indonesia, yang membuat investor menahan diri dari sektor berbasis ekspor.
“Selama ketegangan geopolitik dan arah kebijakan The Fed belum jelas, pasar akan tetap volatile. IHSG berpotensi uji support di 6.750 jika tekanan terus berlanjut,” tambah analis Panin Sekuritas, William Hartanto.
Pelemahan IHSG yang terus berlanjut menunjukkan kekhawatiran investor terhadap kondisi makroekonomi global dan regional. Aksi jual asing semakin menekan pasar, sementara pelaku domestik masih bersikap hati-hati. Investor disarankan untuk memperhatikan sektor-sektor defensif dan menunggu sinyal kepastian dari global sebelum melakukan akumulasi. [LangsungKlik.id]