BeritaFinanceNasional

Stimulus Ekonomi dan Pelonggaran Moneter Dorong Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Bantu LangsungKlik.id Berkembang! Donate Here

LangsungKlik.id, Nasional- Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) meluncurkan berbagai kebijakan fiskal dan moneter untuk menopang ekonomi nasional di tengah tekanan global. Langkah ini dipandang penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, memperkuat daya beli masyarakat, dan memperluas kapasitas kredit perbankan.

1. Bank Indonesia Tambah Likuiditas Bank Senilai Rp78,4 T & Siapkan Suku Bunga Baru

BI mengumumkan kebijakan signifikan berupa pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM sekunder) dari 5% ke 4%, efektif Juni, yang membuka ruang likuiditas tambahan sekitar Rp78,4 triliun . Selain itu, batas maksimum pendanaan asing untuk perbankan lokal dinaikkan dari 30% ke 35%, untuk mendukung ekspansi kredit domestik.

Menjelang rapat suku bunga BI pada 18 Juni, UBS memproyeksikan BI Rate bisa turun lagi ke 5,25%, mengikuti tren inflasi rendah dan kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga :  Arab Saudi Bungkam Haiti 1-0 Lewat Gol Tunggal Al-Brikan

Efeknya terhadap sektor riil: pinjaman murah mendorong kredit UMKM, properti, dan industri, sementara stabilisasi kurs rupiah (Rp16.200–16.500/USD) menjaga kepercayaan investor dan mengendalikan harga impor.


2. Paket Stimulus Fiskal Rp24,4 T, Fokus Dorong Konsumsi Domestik

Pemerintah meluncurkan paket stimulus fiskal senilai Rp24,4 triliun (USD 1,5 miliar), yang terdiri dari diskon tarif transportasi (tol, kereta, laut), subsidi upah, dan bantuan sosial bagi puluhan juta keluarga kurang mampu .

Tujuannya ganda:

  • Dorong belanja konsumsi di periode liburan sekolah dan lebaran, sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi mendekati target 5%,
  • Lindungi daya beli kelompok rentan di tengah tekanan global dan kenaikan harga input.

3. Rilis Data Konsumen: Optimisme atau Hati-hati?

Survei BI Mei 2025 mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 117,5—masih tergolong optimis . Namun, indeks ekspektasi kerja masih stagnan dan pendapatan konsumen belum sepenuhnya pulih, menunjukkan bahwa kekuatan konsumsi belum sepenuhnya solid.

Baca Juga :  Harga Emas Perhiasan Anjlok, Investor Ritel Serbu Gerai Logam Mulia

BI dan Pemerintah dituntut kolaborasi: Moneter memicu kredit murah, sementara fiskal menciptakan permintaan. Jika tren ini melambat, efektivitas stimulus bisa jadi kurang maksimal.


4. Kebijakan Moneter & Fiskal: Keseimbangan Kritis di Tengah Ketidakpastian Global

Meski BI telah menurunkan suku bunga sebesar 50 bps sejak awal tahun, dan menyediakan likuiditas besar, pertumbuhan ekonomi Q1 masih di kisaran 4,9%, di bawah potensi 5–6% . Sementara stimulus fiskal menyasar konsumsi, hasilnya akan tergantung pada keberlangsungan tren global—meliputi tarif dagang, inflasi luar negeri, dan tren suku bunga The Fed.


Investor dan pelaku usaha disarankan untuk:

  • Memantau hasil rapat BI pada 18 Juni dan reaksi pasar terhadap kemungkinan suku bunga turun ke 5,25%.
  • Mengikuti perkembangan pencairan stimulus di lapangan—terutama sektor transportasi dan subsidi upah.
  • Mencermati data global (inflasi AS, suku bunga The Fed) yang bisa mengubah arah kebijakan BI.
Baca Juga :  1.888 Peserta Ikuti UM-PTKIN 2025 di UIN KHAS Jember, Panitia Siapkan Protokol Ketat dan Fasilitas Lengkap

Bila BI dan Pemerintah berhasil menjaga sinergi moneter-fiskal, Indonesia memiliki peluang menciptakan momentum ekonomi kuat menuju akhir tahun.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x